KARANGANYAR – Sebanyak 40 % konsumen elpiji 12 kilogram beralih menggunakan elpiji melon. Di Karanganyar sendiri migrasi tersebut angkanya diprediksi sekitar 20 – 30 %. Karena itu permintaan menjadi meningkat, sementara pasokan elpiji melon hampir tidak naik.
‘’Kami sebetulnya meminta pasokan ditingkatkan 15 % dari 22.451 tabung. Namun kenyataannya hanya dikabulkan sekitar separohnya sehingga saat ini pasokan menjadi 23.900-an. Padahal kenaikan permintaannya sangat tinggi sampai 30-40 %,’’ kata Wibowo, staf Bagian Perekonomian Karanganyar.
Dalam rapat koordinasi bersama Hiswanamigas dan agen serta pemilik pangkalan elpiji melon di Karanganyar Rabu lalu, selain soal migrasi yang diduga menjadi penyebab langkanya elpiji melon di pasaran, juga disebabkan ketakutan masyarakat.
Ada isu yang beredar luas ke masyarakat, bahkan ke agen dan pangkalan serta pengecer, bahwa harga gas melon akan naik. Karena itu banyak warga yang menjadi konsumen langsung, memilih menyimpan tabung melon untuk cadangan.
‘’Sekarang ini, yang terjadi hampir 15 % dari pengguna elpiji melon itu yang memiliki lebih dari satu tabung di rumahnya. Mereka mengaku untuk cadangan. Padahal satu tabung bisa digunakan sedikitnya seminggu, sehingga sebetulnya ketika pasokan datang, tabung cadangan itu belum digunakan,’’ kata dia.
Penyebab lainnya, pemilik warung makan dan restoran disinyalir juga memilih menggunakan tabung elpiji. Termasuk PKL kuliner di sepanjang jalan dari Palur sampai Karangayar Kota, bahkan sampai ke Tawangmangu.
Semuanya menggunakan elpiji tiga kiloan dan tidak hanya satu. Mereka dalam semalam membuka warung kuliner itu bisa menggunakan dua atau bahkan tiga tabung. Namun mereka menyediakan lebih dari itu sebagai cadangan.
‘’Bisa dibayangkan kalau ada seperempat dari konsumen elpiji melon menyimpan tabung sebagai cadangan, maka tabung elpiji yang beredar di masyarakat jelas bisa naik lebih dari 100 % dari pasokan yang ada.’’
Panic buying yang terjadi di masyarakat itulah yang mengakibatkan elpiji melon hilang di pasaran dan menjadi langka. Terutama dirasakan oleh konsumen yang hanya menggunakan satu tabung, jika habis membeli secara dadaka di pengecer, karena tak menyimpan tabung cadangan.
Karena itu Pemkab Karanganyar hanya bisa mengimbau konsumen tidak mengalami panik. Sampai saat ini belum ada informasi akan kenaikan harga. Semua yang menentukan pemerintah pusat. Karena itu tak perlu ada yang dikhawatirkan.
Selain itu, diimbau masyarakat tidak perlu menyimpan tabung cadangan. Sebab pasokan yang ada sudah disesuaikan dengan jatah, sehingga sewaktu-waktu kehabisan, datang ke pengecer dipastikan ada stok elpiji.
‘’Begitu pula pemilik warung, restoran, pedagang kuliner yang sudah memiliki omset berlebih, jangan menggunakan tabung melon. Tabung 12 kilogram tersedia banak, agar jatah konsumen masyarakat biasa tidak terganggu,’’ kata Wibowo.
Pemkab hanya bisa mengimbau saja, sebab persoalan penyediaan elpiji melon ini sepenuhnya diatur oleh pemerintah pusat. Daerah hanya mengawasi saja tanpa bisa menindak apa-apa. Kecuali agen dan pangkalan yang jelas-jelas nakal, bisa ditutup dicabut izinnya.
Saat ini pangkalan elpji juga terus ditambah. Kalau sebelumnya ada 1.331 pangjalan, kini sudah mencapai 1.390 pangkalan, terutama dibuka di 28 desa yang selama ini belum memiliki pangkalan epliji melon. Konsekuensinya, pasokan ke setiap pangkalan dibatasi hanya 2.000 tabung perbulan, karena pasokan diratakan ke seluruh pangkalan untuk mendekatkan ke konsumen.
Sumber : suaramerdeka.com