Menkeu Optimistis Dana Asing Banjiri Indonesia Tahun Ini

Diposkan oleh admin pada 18 Februari 2016

Jakarta -- Pasar keuangan Indonesia tahun ini berpotensi menerima aliran dana dari luar negeri. Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan potensi tersebut tercermin dari banyaknya penawaran yang masuk saat pemerintah melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) di awal tahun.

Sentimen positif tersebut merupakan imbas dari kondisi perekonomian negara-negara berkembang lain yang cenderung mengecewakan. Sementara di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu dinilai masih lebih baik.

"Beberapa minggu belakangan Indonesia masih mendapat persepsi positif terutama di antara emerging economy, inflow terbesar masuk ke SUN dan belakangan ke saham. Data yg kami dapat, dana asing keluar dari semua emerging ekonomi kecuali Indonesia. Itu harus kita manfaatkan," ujar Bambang di DPR, Rabu (17/2).

Aliran modal asing tersebut juga menjadi faktor pendorong menguatnya rupiah akhir-akhir ini. Bahkan Bambang memprediksi kurs rupiah terhadap dolar Amerika bisa berpotensi lebih rendah dari level Rp13.500.

Sebagai informasi, aliran modal asing sekitar Rp10 triliun masuk ke pasar obligasi negara sejak awal bulan hingga 11 Februari 2016. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan dalam situsnya mencatat kepemilikan surat berharga negara yang dapat diperdagangkan per 11 Februari 2016 mencapai Rp1.499,9 triliun.

Investor asing atau non resident menguasai paling besar, yakni 39,3 persen atau sebesar Rp589,39 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan posisi kepemilikan SBN oleh investor asing per 1 Februari 2016 yang sebesar Rp579,91 triliun.

Head Economist BCA David Sumual mengatakan kondisi ekonomi sejumlah negara yang selama ini menjadi tujuan investasi mulai memberikan sinyal buruk bagi investor.

Sinyal buruk tersebut antara lain adanya pemangkasan suku bunga acuan oleh sejumlah bank sentral negara-negara maju, seperti Jepang, Uni Eropa hingga Swedia. Sehingga mendorong investasi masuk ke Indonesia.

Selain faktor eksternal tersebut, aliran modal asing yang deras menunjukkan saat ini pasar merasa nyaman dengan fundamental ekonomi Indonesia.

"Ada kepercayaan pasar terhadap ekonomi kita. Itu lebih diakibatkan karena defisit transaksi berjalan (CAD) yang menyempit dan inflasi yang sudah rendah," ujar David saat dihubungi.

Namun ia mengingatkan potensi penguatan rupiah harus diwaspadai oleh pemerintah. Pasalnya nilai tukar rupiah yang terlalu rendah bisa menyeret jatuh nilai ekspor Indonesia.

"Saya tidak mendukung rupiah yang terlalu fluktuatif, lebih baik rupiah stabil dan mencerminkan fundamentalnya. Ketika rupiah terlalu rendah, pengusaha memilih menjadi importir karena barang-barang kita jadi kurang bersaing," katanya.

Sumber : CNN Indonesia